Kamis, 29 Maret 2012

SEMUA BERMULA DARI HATI

SEMUA BERMULA DARI HATI
Oleh: Ahmad Ahid, Lc, MSI


Manusia adalah makhluk terbaik dan tersempurna yang Allah SWT ciptakan. Kesempurnaan itu terletak fisiknya, performennya dan struktur pembentuknya. Secara fisik, organ tubuh manusia sangat ideal dan memiliki multifungsi dalm segala bidang kehidupannya. Secara performen, manusia diberikan oleh Allah SWT sense (rasa) untuk berpenampilan yang baik, sehingga manusia memiliki cita rasa seni yang tinggi, baik seni busana, seni hasta, seni vocal dan seni-seni yang lain. Secara struktur pembentuknya, manusia di samping memiliki jasad dan ruh, manusia juga punya hati (bukan hati organ tubuh/liver, tapi hati nurani). Dengan hati inilah, manusia memiliki perasaan bahagia dan sengsara, gembira dan menderita, cinta dan benci dan lain sebagainya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب
Artinya: Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuhnya dan jika segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati/jantung.

Kata al-Qalb pada hadits di atas, memiliki dua makna, fisik dan non fisik. Secara fisik, al-Qalb diartikan sebagai jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah. Semua aliran darah di seluruh tubuh manusia pasti melewati jantung. Jika jantung itu dapat bekerja dengan baik, mengalirkan darah ke seluruh tubuh manusia, maka semua tubuh manusia juga akan berfungsi dengan baik. Sebaliknya, jika jantung sudah tidak berfungsi dengan baik, sudah tidak kuat untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh, maka bagian-bagian tubuh yang tidak teraliri oleh darah, pasti tidak dapat berfungsi dengan baik atau tidak dapat berfungsi sama sekali. Dengan demikian al-Qalb yang bermakna fisik jantung merupakan organ terpenting tubuh manusia. Lebih dari itu, tanda seseorang masih hidup atau sudah mati adalah detak jantungnya.

Secara non fisik, al-Qalb juga memiliki makna hati nurani (al-Qalb an-Nurani). Ibn al-Qayyim mengartikannya sebagai jism lathif (organ halus/lembut), tidak nampak secara fisik, namun memiliki pengaruh dalam pemikiran, prilaku dan perbuatan manusia. Kata al-Qalb dalam al-Qur'an dan al-Hadits kalau dicermati, ternyata lebih banyak disebut dalam kontek sebagai hati nurani. Contoh dalam al-Qur'an, Surat Muhammad ayat 24:
أفلا يتدبرون القرآن أم على قلوب أقفالها
Artinya: Apakah mereka tidak mentadabburi al-Qur'an ataukah dalam hati mereka terdapat gembok-gembok yang menguncinya

Al-Qalb dalam ayat di atas disebut berkaitan dengan orang-orang kafir yang tidak mau mentadabburi (mendengar dan memahami) al-Qur'an. Ketidakmauan mereka untuk mentadabbuti al-Qur'an disebabkan oleh dua hal, mereka belum atau tidak mendengar dan memahami al-Qur'an atau sudah mendegar dan memahami, namun hati mereka terkunci oleh gembok-gembok yang kuat sehingga hidayah Allah SWT tidak dapat menembus hati mereka. Di sini, al-Qalb bermakna hati nurani, bukan bermakna fisik, sebab hidayah Allah SWT tidak turun ke jantung.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda:
إن الله لاينظر إلى صوركم وأجسادكم ولكن ينظر إلى قلوبكم
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan badanmu, tetapi Allah melihat hatimu.

Hadits di atas juga menyebut al-Qalb sebagai tempat jatuhnya pandangan Allah. Artinya, Allah tidak menjadikan fisik manusia sebagai obyek penilaian, namun hatilah yang menjadi obyek penilaian. Sebab hatilah yang menggerakkan organ tubuh manusia untuk melakukan perbuatan, baik atau buruk.

Oleh karena itu, hati manusia yang sejak lahir dalam keadaan fithrah (suci), harus dijaga dan dirawat agar terjaga kesuciannya, sehingga ia akan selalu berpihak kepada kebaikan, mendorong organ tubuh untuk melakukan kebaikan dan mudah menerima hidayah Allah SWT, kecuali hati itu sudah dikotori oleh noda dosa dan kemaksiatan, sehingga hati susah menerima kebaikan, bahkan cenderung kepada kemaksiatan. Ia pun sulit untuk menerima hidayah Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Surat al-Muthaffifin ayat 14:
كلا، بل ران على قلوبهم ما كانوا يكسبون
Artinya: Tidaklah demikian, tetapi perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan membuat noda pada hati mereka.

Setiap perbuatan dosa yang telah dilakukan akan menitikkan noda pada hati manusia. Semakian banyak dosa yang dilakukan akan semakin banyak titik noda pada hatinya. Ibarat cermin, maka hati tidak dapat memantulkan cahaya dengan sempurna bahkan tidak dapat memantulkan cahaya sama sekali. Inilah tanda hati yang sudah mati, hatinya orang yang tidak dapat menerima hidayah Allah SWT, hatinya orang kafir. Kita berlindung kepada Allah SWT, semoga Allah SWT menjauhkan diri kita dari perbuatan-perbuatan dosa. Amin

2 komentar:

  1. semua berawal dari hati dan berakhir juga denga hati

    BalasHapus
  2. Betul mas, kita mesti hati-hati, jangan sampai makan hati, sebab orang yang makan hati ia tidak punya hati

    BalasHapus

Ruqyah Syar'iyyah Kudus