SEMUA BERMULA DARI HATI
Oleh: Ahmad Ahid, Lc, MSI
Manusia adalah makhluk
terbaik dan tersempurna yang Allah SWT ciptakan. Kesempurnaan itu terletak
fisiknya, performennya dan struktur pembentuknya. Secara fisik, organ tubuh
manusia sangat ideal dan memiliki multifungsi dalm segala bidang kehidupannya.
Secara performen, manusia diberikan oleh Allah SWT sense (rasa) untuk
berpenampilan yang baik, sehingga manusia memiliki cita rasa seni yang tinggi,
baik seni busana, seni hasta, seni vocal dan seni-seni yang lain. Secara
struktur pembentuknya, manusia di samping memiliki jasad dan ruh, manusia juga
punya hati (bukan hati organ tubuh/liver, tapi hati nurani). Dengan hati
inilah, manusia memiliki perasaan bahagia dan sengsara, gembira dan menderita,
cinta dan benci dan lain sebagainya. Inilah yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya.
Dalam sebuah hadits,
Rasulullah SAW bersabda:
إن في الجسد مضغة إذا
صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب
Artinya: Sesungguhnya di
dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika segumpal daging itu baik,
maka baik pula seluruh tubuhnya dan jika segumpal daging itu rusak, maka rusak
pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah
hati/jantung.
Kata al-Qalb pada hadits
di atas, memiliki dua makna, fisik dan non fisik. Secara fisik, al-Qalb
diartikan sebagai jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah. Semua aliran
darah di seluruh tubuh manusia pasti melewati jantung. Jika jantung itu dapat
bekerja dengan baik, mengalirkan darah ke seluruh tubuh manusia, maka semua
tubuh manusia juga akan berfungsi dengan baik. Sebaliknya, jika jantung sudah
tidak berfungsi dengan baik, sudah tidak kuat untuk memompa darah dan
mengalirkannya ke seluruh tubuh, maka bagian-bagian tubuh yang tidak teraliri
oleh darah, pasti tidak dapat berfungsi dengan baik atau tidak dapat berfungsi
sama sekali. Dengan demikian al-Qalb yang bermakna fisik jantung merupakan
organ terpenting tubuh manusia. Lebih dari itu, tanda seseorang masih hidup
atau sudah mati adalah detak jantungnya.
Secara non fisik, al-Qalb
juga memiliki makna hati nurani (al-Qalb an-Nurani). Ibn al-Qayyim
mengartikannya sebagai jism lathif (organ halus/lembut), tidak nampak
secara fisik, namun memiliki pengaruh dalam pemikiran, prilaku dan perbuatan
manusia. Kata al-Qalb dalam al-Qur'an dan al-Hadits kalau dicermati,
ternyata lebih banyak disebut dalam kontek sebagai hati nurani. Contoh dalam
al-Qur'an, Surat Muhammad ayat 24:
أفلا يتدبرون القرآن
أم على قلوب أقفالها
Artinya: Apakah mereka tidak
mentadabburi al-Qur'an ataukah dalam hati mereka terdapat gembok-gembok yang
menguncinya
Al-Qalb dalam ayat di
atas disebut berkaitan dengan orang-orang kafir yang tidak mau mentadabburi
(mendengar dan memahami) al-Qur'an. Ketidakmauan mereka untuk mentadabbuti
al-Qur'an disebabkan oleh dua hal, mereka belum atau tidak mendengar dan
memahami al-Qur'an atau sudah mendegar dan memahami, namun hati mereka terkunci
oleh gembok-gembok yang kuat sehingga hidayah Allah SWT tidak dapat menembus
hati mereka. Di sini, al-Qalb bermakna hati nurani, bukan bermakna
fisik, sebab hidayah Allah SWT tidak turun ke jantung.
Dalam hadits, Rasulullah SAW
bersabda:
إن الله لاينظر إلى
صوركم وأجسادكم ولكن ينظر إلى قلوبكم
Artinya: Sesungguhnya Allah
tidak melihat bentuk dan badanmu, tetapi Allah melihat hatimu.
Hadits di atas juga menyebut al-Qalb
sebagai tempat jatuhnya pandangan Allah. Artinya, Allah tidak menjadikan fisik
manusia sebagai obyek penilaian, namun hatilah yang menjadi obyek penilaian.
Sebab hatilah yang menggerakkan organ tubuh manusia untuk melakukan perbuatan,
baik atau buruk.
Oleh karena itu, hati manusia
yang sejak lahir dalam keadaan fithrah (suci), harus dijaga dan dirawat agar
terjaga kesuciannya, sehingga ia akan selalu berpihak kepada kebaikan,
mendorong organ tubuh untuk melakukan kebaikan dan mudah menerima hidayah Allah
SWT, kecuali hati itu sudah dikotori oleh noda dosa dan kemaksiatan, sehingga
hati susah menerima kebaikan, bahkan cenderung kepada kemaksiatan. Ia pun sulit
untuk menerima hidayah Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Surat al-Muthaffifin ayat 14:
كلا، بل ران على
قلوبهم ما كانوا يكسبون
Artinya: Tidaklah demikian,
tetapi perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan membuat noda pada hati mereka.
Setiap perbuatan dosa yang
telah dilakukan akan menitikkan noda pada hati manusia. Semakian banyak dosa
yang dilakukan akan semakin banyak titik noda pada hatinya. Ibarat cermin, maka
hati tidak dapat memantulkan cahaya dengan sempurna bahkan tidak dapat
memantulkan cahaya sama sekali. Inilah tanda hati yang sudah mati, hatinya
orang yang tidak dapat menerima hidayah Allah SWT, hatinya orang kafir. Kita
berlindung kepada Allah SWT, semoga Allah SWT menjauhkan diri kita dari
perbuatan-perbuatan dosa. Amin
semua berawal dari hati dan berakhir juga denga hati
BalasHapusBetul mas, kita mesti hati-hati, jangan sampai makan hati, sebab orang yang makan hati ia tidak punya hati
BalasHapus