Foto Keluarga 1

Bersama membangun keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah serta bahagia

Foto Keluarga 2

Mbak Ima in action, pentas tari anak ayam di TK Ya Bunayya Kudus

Foto Keluarga 3

Rihlah ke Taman Pintar Yogyakarta, naik replika kerbau dan Pak Tani

Foto Keluarga 4

Silaturrahim Idul Fithri ke keluarga Kedungsari Gebog Kudus

Foto Keluarga 5

Mbak Affaf in action, pentas tari Jarimatika di TK Ya Bunayya Kudus

Kamis, 23 Agustus 2012

Puasa Mendidik Pribadi Utama


KHUTHBAH IDUL FITHRI 1433 H:

PUASA MENDIDIK PRIBADI UTAMA
Oleh Ahmad Ahid, Lc, MSI

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
نحمده سبحانه ونشكره على نعمه ونعمة هذا اليوم العظيم يوم صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده، ونصلي ونسلم على خير خلقه بعثه الله رحمة للعالمين محمد الأمين وعلى آله وصحبه أجمعين. أشهد أن لا إله إلا الله الملك الحق المبين وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الصادق الوعد الأمين. أما بعد ...
فيا معشر الؤمنين اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون واتقوا الله لعلكم تفلحون.
Kaum muslimin rahimakumullah…
Marilah kita awali pertemuan kita di pagi ini dengan pujian dan kesyukuran kepada Allah atas segala limpahan nikmatNya dan nikmat hari ini, hari Idul Fithri, hari dimana Allah tepati janjiNya, Allah tolong hambaNya, Allah menangkan tentaraNya dan hancurkan musuh-musuhNya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, melimpah kepada keluarga dan para sahabatnya.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillahilhamd
Pada hari ini, seluruh kaum muslimin menyenandungkan takbir, tahlil dan tahmid kepada Allah SWT sebagai tanda selesainya masa pendidikan selama satu bulan lamanya. Ya, dialah bulan agung Ramadlan yang setiap saatnya mengandung nilai-nilai pendidikan, baik pendidikan ruhani/qalbi, pendidikan aqli maupun pendidikan jasmani.
Ma’syaral Mukminin rahimakumullah
Inilah tiga unsur penting struktur bangunan manusia. Ruhani adalah organ halus manusia, tempat menerima hidayah dan tumbuhnya keimanan. Aqli adalah organ intelegensi manusia, tempat untuk berpikir, memutuskan perkara, menentukan baik dan buruknya. Jasmani adalah organ kasar manusia, pelaksana intruksi akal manusia. Setiap unsur ini harus diberikan nutrisi yang seimbang agar kehidupan manusia berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillahilhamd
Unsur ruhani/qalbi membutuhkan nutrisi yang mampu menjaga fitrahnya, yaitu fitrah keimanan dan pengabdian kepada Allah SWT. Maka nutrisi yang dibutuhkan adalah kegiatan-kegiatan ibadah, baik shalat, puasa, zakat, tilawah al-Qur’an, berdzikir dan amal-amal ibadah yang lain. Unsur aqli membutuhkan nutrisi yang mampu menjaga kemampuan berpikirnya, ketajaman analisanya, kecerdasan dan kepiawaiannya dalam bertindak dan memutuskan perkara. Maka nutrisi yang dibutuhkan adalah belajar dengan segala dimensinya. Unsur jasmani membutuhkan nutrisi yang mampu menjaga kesehatan tubuhnya dan menolak segala hal yang bisa mengganggu atau merusak fungsi organ tubuhnya. Maka nutrisi yang dibutuhkan adalah makanan yang halal dan thayyib, di samping pola makan yang teratur.
Kaum muslimin yang berbahagia …
Segala kebutuhan ketiga unsur struktur bangunan manusia tersebut tercukupi di bulan Ramadlan. Nutrisi ruhani, sungguh Ramadlan penuh dengan nutrisi itu. Ada qiyamu ramadlan atau tarawih yang menjadi menu spesial, sehingga masjid-masjid menjadi ramai dengan kegiatan ini. Manusia-manusia yang tidak pernah bau masjid pun hadir mengisi shaf-shaf tarawih, meskipun hari-hari berikutnya absen, namun mereka tahu bahwa mereka sedang berada di bulan Ramadlan. Masjid-masjid, langgar-langgar, surau-surau dan rumah-rumah pun ramai dengan lantunan suara ayat-ayat al-Qur’an. Sungguh pemandangan yang menjadikan ruhani menjadi hidup dan semakin hidup.
Nutrisi aqli, sungguh Ramadlan penuh dengan nutrisi itu. Muncul banyak pengajian di masjid-masjid, ceramah-ceramah setelah shubuh atau setelah tarawih, pesantren ramadlan dan lain sebagainya. Masa satu bulan menjadi masa yang sangat efektif untuk peningkatan keilmuan dan kecerdasan.
Nutrisi jasmani, sungguh Ramadlan penuh dengan nutrisi itu. Muncul banyak makanan-makanan khas dan hanya ditemukan di Ramadlan. Ramadlan seakan-akan menjadi bulan untuk memanjakan jasmani kita. Di samping keteraturan pola makan yang stabil dari shubuh hingga maghrib. Sungguh keteraturan pola makan seperti ini sangat mampu menjaga kesehatan pencernaan.
Semua ada di Ramadlan, semua tersedia di Ramadlan. Tidak ada tujuan kecuali Allah SWT ingin menjadikan diri kita orang-orang yang memiliki pribadi utama, pribadi yang sehat ruhaninya, sehat akalnya dan sehat jasmaninya. Dengan memiliki kesehatan dalam ketiga hal ini, kita akan dapat melaksanakan tugas, kewajiban dan fungsi kita baik kepada Allah (hablun minallah) maupun kepada sesama manusia (hablun minannas).
Kaum muslimin yang berbahagia…
Akankah Ramadlan yang baru saja kita lalui terus akan memberikan pengaruh dan bekas kepada diri kita pada kehidupan kita di bulan-bulan yang akan datang? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Sejauh mana kita mampu memaknai Ramadlan, mengambil nilai dan pelajaran Ramadlan, menjadikannya bekal untuk menempuh terjalnya kehidupan. Janganlah kita berpuasa hanya sebatas menggugurkan kewajiban, hanya memenuhi asas kepantasan dan rutinitas kebiasaan, namun diri kita belum terbentuk dan tershibghah oleh Ramadlan. Diri kita di satu lembah sementara Ramadlan di lembah yang lain. Rasulullah SAW pernah mengingatkan kita:
رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطش
Artinya: Kadang terjadi ada orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari Ramadlan kecuali lapar dan dahaga.
Padahal kita tidak tahu, akankah kita bertemu dengan Ramadlan tahun depan, ataukah tahun ini merupakan Ramadlan terakhir kita. Inilah perasaan yang harus muncul dalam diri kita. Perasaan ihtisab antara raja’ (pengharapan diterimanya amal) dan khauf (takut tidak diterimanya amal) inilah yang akan selalu mengajak kita untuk menghadirkan amal ibadah terbaik. Karena pentingnya ihtisab ini, Rasulullah SAW menjadikannya sebagai salah satu syarat diampuninya dosa setelah keimanan:
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
Artinya: Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadlan dengan keimanan dan ihtisab maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.
Maka tetaplah istiqamah mengaplikasikan nilai dan pelajaran Ramadlan dalam kehidupan kita selepas Ramadlan. Kita bawa suasana Ramadlan di bulan-bulan yang lain, sebagaimana para sahabat Rasulullah yang senantiasa istiqamah dan bertekad menjadikan seluruh bulan bagaikan Ramadlan.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillahilhamd
Di hari fithri ini, Allah ingin memberikan kenikmatannya kepada kita dengan diperbolehkannya kita makan-makan lagi, setelah sebulan dilarang makan dan minum di siangnya. Namun janganlah kita terlena sehingga memakan apa saja dan meminum apa saja, sehingga melakukan tabdzir, israf dan berfoya-foya. Ingatlah saudara kita yang pada hari ini tidak bisa menikmati idul fithri karena kekurangan bahan makanan atau tidak ada yang dimakan atau tidak sempat menikmati makanan karena bencana atau peperangan. Mari ulurkan zakat fithri kita untuk mereka dan kita doakan agar diberikan kesabaran, ketabahan dan kemenangan.
اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع مجيب الدعوات. ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم. اللهم اغفر لنا ولوالدينا وارحمهم كما ربونا صغارا. ربنا تقبل منا صلاتنا وصيامنا وقيامنا وتلاوتنا وسائر أعمالنا يا رب العالمين. اللهم اجعل العيد عيدا لمجد الإسلام. اللهم أعز الإسلام والمسلمين و أذل الشرك والمشركين والكفر والكافرين و النفاق والمنافقين والظلم والظالمين. اللهم انصر إخواننا المجاهدين في فلسطين وفي سوريا وفي رهينجنيا وفي تايلاند وفي فيلبين وكل مكان يا عزيز يا غفار يا رب العالمين. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. سبحان ربنا رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

Rabu, 25 Juli 2012

Sebuah Renungan: AKU DAN RAMADLAN

Sebuah Renungan:
AKU DAN RAMADLAN 

Oleh: Ahmad Ahid, Lc, MSI


Tidak terasa, satu tahun sudah berlalu. Waktu serasa cepat berjalan. Aku merasa ‘merdeka’ ketika lepas dari Ramadlan. Bukan merdeka yang merupakan hasil sebuah perjuangan, namun merdeka dalam arti bebas berbuat apa saja, kapan saja dan di mana saja. Ramadlan bagiku seperti penjara yang menjeruji seluruh keinginanku. Aku tidak bebas, aku tidak lepas dan aku tidak puas.

Aku belum merasa menikmati Ramadlan, kecuali hanya ketertekanan, keterpaksanaan dan keberatan. Ketika Shalat Tarawih, yang ada adalah kegundahan hati. Pikiranku sering melayang tak karuan, apalagi ketika shalat di belakang imam yang bacaan suratnya panjang. Rasanya ingin lari keluar dari shaf shalat. Belum lagi rasa kantuk yang terus menggelayuti mataku. Duh, YaRabb, kenapa aku jadi begini? Ada apa dengan diriku?

Ketika aku memegang al-Qur’an, muncul perasaan malas dan ketidaksanggupan membacanya ayat demi ayat, padahal Allah SWTmenjanjikan pahala yang besar bagi pembacanya, terutama di Bulan Ramadlan. Setiap aku memegangnya, tanganku terasa berat membukanya. Ketika sudah membaca, muncul bisikan untuk mencukupkan bacaan, padahal aku ingin mengkhatamkannya.

Saat hartaku berlebih, aku enggan untuk memberikannya sebagai sedekah atau zakat kepada mereka yang membutuhkan. Masih ada dalam hati rasa saying kepada hartaku, padahal aku tahu, harta itu titipan Allah SWT yang memerintahkan untuk memberikan sebagiannya kepada yang berhak menerimanya. Aku masih merasa harta itu hasil jerih payahku, hasilkerja dan usahaku.

Ketika berpuasa dan aku merasa lapar dan dahaga, kadang muncul bisikan untuk membatalkannya, apalagi saat aku sendiri tanpa siapa-siapa. Toh, tidak ada yang tahu kalau aku tidak puasa. Namun aku tidak berani, aku masih punya Allah SWT Dan Allah SWT melihat setiap perbuatanku. Aku pun tidak mau membatalkan puasa dengan sengaja tanpa udzur, karena takut kafarat dan membayarnya setelah Ramadlan. Tetapi perasaan itu, selalu muncul dalam hatiku.

Aku harus segera berbenah. Aku harus segera bangkit. Aku harus melakukan perbaikan diri. Aku harus mulai sadar bahwa puasa tidak hanya perintah Allah SWT, tapi ia adalah sesuatu yang aku butuhkan untuk menjadikan diriku berkualitas.  Kualitas keimananku kepada Allah SWT dan kualitas sosialku kepada sesama. Aku harus segera tahu bahwa Ramadlan Allah SWT sediakan untukku untuk menjadikan diriku menjadi pribadi yang bertakwa, sebab takwa adalah puncak kebaikan dan ketinggian kepribadian.
Allah SWT berfirman:
ولكن البر من اتقى (البقرة : 189)
Artinya: Dan tetap ial-birr (kebaikan) itu adalah orang yang bertakwa (QS. al-Baqarah: 189)

Aku tidak mau terulang lagi Ramadlanku seperti tahun lalu. Aku tidak mau Ramadlanku berlalu bersama waktu dan aku hanya terpaku meratapi diriku yang tidak menentu. Aku ingin Ramadlanku tahun ini begitu bermakna bagiku, begitu berarti bagi diriku, begitu berguna bagi hidupku, duniaku dan akhiratku. Ya Allah, berikan kekuatan kepadaku untuk menjalani puasa ini dengan sepenuh keimanan dan harapan ridla-Mu. Aku ingin maghfirah-Mu. Aku ingat sabda Rasul-Mu:
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه (رواه البخاري)
Artinya: Barang siapa yang berpuasa Ramadlan dengan keimanan dan mengharapkan ridla Allah maka akan diampuni dosanya yang telah lalu (HR. Bukhari)

Ya Allah berikan kekuatan kepadaku untuk sabar dalam ketaatan kepada-Mu. Aku yakin dalam kesabaran ada kemanisan, dalam ketaatan ada kenikmatan, dalam kesusahan ada kemudahan, dalam kesempitan ada kelapangan dan dalam setiap masyaqqah ada pahala yang besar. RAMADLAN TAHUN INI HARUS BEDA!!!

Kamis, 29 Maret 2012

SEMUA BERMULA DARI HATI

SEMUA BERMULA DARI HATI
Oleh: Ahmad Ahid, Lc, MSI


Manusia adalah makhluk terbaik dan tersempurna yang Allah SWT ciptakan. Kesempurnaan itu terletak fisiknya, performennya dan struktur pembentuknya. Secara fisik, organ tubuh manusia sangat ideal dan memiliki multifungsi dalm segala bidang kehidupannya. Secara performen, manusia diberikan oleh Allah SWT sense (rasa) untuk berpenampilan yang baik, sehingga manusia memiliki cita rasa seni yang tinggi, baik seni busana, seni hasta, seni vocal dan seni-seni yang lain. Secara struktur pembentuknya, manusia di samping memiliki jasad dan ruh, manusia juga punya hati (bukan hati organ tubuh/liver, tapi hati nurani). Dengan hati inilah, manusia memiliki perasaan bahagia dan sengsara, gembira dan menderita, cinta dan benci dan lain sebagainya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب
Artinya: Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuhnya dan jika segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati/jantung.

Kata al-Qalb pada hadits di atas, memiliki dua makna, fisik dan non fisik. Secara fisik, al-Qalb diartikan sebagai jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah. Semua aliran darah di seluruh tubuh manusia pasti melewati jantung. Jika jantung itu dapat bekerja dengan baik, mengalirkan darah ke seluruh tubuh manusia, maka semua tubuh manusia juga akan berfungsi dengan baik. Sebaliknya, jika jantung sudah tidak berfungsi dengan baik, sudah tidak kuat untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh, maka bagian-bagian tubuh yang tidak teraliri oleh darah, pasti tidak dapat berfungsi dengan baik atau tidak dapat berfungsi sama sekali. Dengan demikian al-Qalb yang bermakna fisik jantung merupakan organ terpenting tubuh manusia. Lebih dari itu, tanda seseorang masih hidup atau sudah mati adalah detak jantungnya.

Secara non fisik, al-Qalb juga memiliki makna hati nurani (al-Qalb an-Nurani). Ibn al-Qayyim mengartikannya sebagai jism lathif (organ halus/lembut), tidak nampak secara fisik, namun memiliki pengaruh dalam pemikiran, prilaku dan perbuatan manusia. Kata al-Qalb dalam al-Qur'an dan al-Hadits kalau dicermati, ternyata lebih banyak disebut dalam kontek sebagai hati nurani. Contoh dalam al-Qur'an, Surat Muhammad ayat 24:
أفلا يتدبرون القرآن أم على قلوب أقفالها
Artinya: Apakah mereka tidak mentadabburi al-Qur'an ataukah dalam hati mereka terdapat gembok-gembok yang menguncinya

Al-Qalb dalam ayat di atas disebut berkaitan dengan orang-orang kafir yang tidak mau mentadabburi (mendengar dan memahami) al-Qur'an. Ketidakmauan mereka untuk mentadabbuti al-Qur'an disebabkan oleh dua hal, mereka belum atau tidak mendengar dan memahami al-Qur'an atau sudah mendegar dan memahami, namun hati mereka terkunci oleh gembok-gembok yang kuat sehingga hidayah Allah SWT tidak dapat menembus hati mereka. Di sini, al-Qalb bermakna hati nurani, bukan bermakna fisik, sebab hidayah Allah SWT tidak turun ke jantung.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda:
إن الله لاينظر إلى صوركم وأجسادكم ولكن ينظر إلى قلوبكم
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk dan badanmu, tetapi Allah melihat hatimu.

Hadits di atas juga menyebut al-Qalb sebagai tempat jatuhnya pandangan Allah. Artinya, Allah tidak menjadikan fisik manusia sebagai obyek penilaian, namun hatilah yang menjadi obyek penilaian. Sebab hatilah yang menggerakkan organ tubuh manusia untuk melakukan perbuatan, baik atau buruk.

Oleh karena itu, hati manusia yang sejak lahir dalam keadaan fithrah (suci), harus dijaga dan dirawat agar terjaga kesuciannya, sehingga ia akan selalu berpihak kepada kebaikan, mendorong organ tubuh untuk melakukan kebaikan dan mudah menerima hidayah Allah SWT, kecuali hati itu sudah dikotori oleh noda dosa dan kemaksiatan, sehingga hati susah menerima kebaikan, bahkan cenderung kepada kemaksiatan. Ia pun sulit untuk menerima hidayah Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Surat al-Muthaffifin ayat 14:
كلا، بل ران على قلوبهم ما كانوا يكسبون
Artinya: Tidaklah demikian, tetapi perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan membuat noda pada hati mereka.

Setiap perbuatan dosa yang telah dilakukan akan menitikkan noda pada hati manusia. Semakian banyak dosa yang dilakukan akan semakin banyak titik noda pada hatinya. Ibarat cermin, maka hati tidak dapat memantulkan cahaya dengan sempurna bahkan tidak dapat memantulkan cahaya sama sekali. Inilah tanda hati yang sudah mati, hatinya orang yang tidak dapat menerima hidayah Allah SWT, hatinya orang kafir. Kita berlindung kepada Allah SWT, semoga Allah SWT menjauhkan diri kita dari perbuatan-perbuatan dosa. Amin

Ruqyah Syar'iyyah Kudus