Kisah Nyata

KISAH 1
 
WAS-WAS DATANG BERTUBI-TUBI

Syarif (30 tahun) adalah seorang pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Salatiga. Ia berasal dari Desa Gulang Tepus Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus, sudah beristri dan dikaruniai seorang anak. Ia dan keluarganya hidup serumah dengan orang tuanya. Karena tugasnya di Kabupaten Salatiga, maka ia menyewa rumah untuk ditempati selama tinggal di sana. Setiap akhir pekan, ia pulang ke Kudus, berjumpa dan berkumpul kembali dengan keluarga.
Begitulah kehidupan sehari-hari Syarif, seperti tidak ada masalah. Namun suatu ketika, di saat ia mendapatkan sebuah laporan bahwa angka penduduk pengidap virus HIV/AIDS di Kabupaten Salatiga terbesar di Jawa Tengah, ia mulai intensif mengkaji lebih dalam tentang faktor dan media penyebaran virus yang belum ditemukan obatnya itu. Hampir setiap hari ia mencari informasi terkait, baik melalui internet ataupun informasi langsung dari masyarakat.
Dari internet, ia mendapatkan informasi bahwa media penyebaran virus HIV adalah berganti-ganti pasangan seksual tanpa status hubungan yang sah, jarum suntik  bekas pengidap penyakit AIDS, tato, narkoba dan lain-lain. Setelah itu, ia mengadakan investigasi langsung di lapangan. Dan ternyata, tidak jauh dari rumah kontrakannya, terdapat lokalisasi pelacuran, bahkan rumah-rumah warga pun berubah menjadi ajang bisnis haram itu. Hatinya menjadi berdebar-debar dan takut, jangan-jangan virus itu sedang mengintai dirinya.
Pada akhir pekan, jadwal pulang ke Kudus untuk melabuhkan rasa rindu dan kangennya kepada istri, anak dan keluarga semua telah tiba.  Seperti biasa, ia naik bus jurusan Solo–Semarang. Tapi kali ini, ia pulang dengan membawa segudang pengalaman yang menakutkan. Di tengah perjalanan menuju Semarang, ketika bus menurunkan penumpang, naik beberapa orang pengamen yang berperawakan kasar dan semuanya bertato. Setelah mereka menyanyikan beberapa lagu, mulailah mereka menodongkan bungkus permen minta upah mengamen ke setiap penumpang. Tiba-tiba, sebuah tangan bertato dengan bungkus permen menyodok lengannya. Rasa kaget bercampur takut semakin membuat dirinya dilanda stress. Sepanjang perjalanan menuju ke Kudus, pikirannya tidak menentu, kacau, gelisah, bimbang dan was-was bercampur menjadi satu.
Sesampainya di rumah, ia tidak langsung menyalami dan mencium kening istri, mencium anak dan sungkem kepada orang tuanya, seperti yang biasa ia lakukan. Tetapi, ia langsung bergegas menuju ke dalam kamar tidur dengan diam, tanpa bersuara satu patah kata pun. Hatinya resah, risau dan gelisah hingga terbesit kesimpulan dalam dirinya bahwa ia sudah tertular virus HIV. Ketika istrinya datang untuk menanyakan tentang sikap anehnya itu, ia tidak menjawab apa-apa. Justru ia usir istrinya dari kamarnya, begitu juga terhadap keluarganya yang lain. Malam itu, adalah malam yang membuat dirinya tersiksa, keluarga pun bertambah penasaran tetapi tidak tahu apa yang harus dikerjakan.
Liburan dua hari di rumah terasa tidak seperti biasanya, bahkan sering terjadi ketegangan, nada bicara yang agak keras dan sebagainya. Ahad siang, Syarif berangkat kembali ke Salatiga dengan menyisakan pertanyaan besar bagi istri dan keluarganya. Sesampainya di tempat kerja, konsentrasi kerjanya menurun drastis. Banyak pekerjaan yang tidak selesai, kalaupun selesai hasilnyapun tidak karuan, semrawut dan tidak rapi. Inilah awal musibah besar yang menimpa Syarif.
Begitulah hingga beberapa bulan kemudian, Syarif menderita was-was yang tak kunjung selesai, bahkan semakin bertambah hari semakin menjadi-jadi. Karena ia merasa mengidap penyakit HIV, maka agar istri, anak dan keluarga yang lain tidak tertular, ia tidak mau dipegang oleh siapapun, termasuk istrinya sendiri. Baginya, cukup ia yang menjadi korban dan merasakan beban penderitaan ini.
 Suatu saat, orang tua Syarif menghubungi saya (penulis) lewat telepon untuk bisa membantu menyelesaikan masalah berat yang dihadapi oleh anaknya, Syarif. Alhamdulillah, setelah Shalat Ashar saya berkesempatan untuk berangkat menuju alamat rumah yang diberikan kepada saya via telepon. Sesampainya di sana, saya mencoba menelusuri latar belakang penyebab timbulnya masalah yang dihadapi oleh Syarif, dengan mendengar cerita dari Syarif sendiri, istri dan orang tuanya. Setelah itu, saya mencoba menawarkan solusi yang bisa dilakukan, baik solusi spiritual maupun medis. Solusi spiritual yang saya tawarkan adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara membacakan kepadanya beberapa ayat-ayat pilihan dari Al-Qur’an dan do’a-do’a yang ma’tsur dari Rasulullah SAW. Alhamdulillah, ketenangan jiwanya mulai berangsur kembali dan kegelisahan hatinya mulai berkurang. Setelah itu, saya berikan beberapa pesan-pesan spiritual tentang pentingnya tawakkal, sikap menerima takdir Allah SWT dan motifasi-motifasi pembangun kepercayaan diri untuk mendapatkan kesembuhan. Selanjutnya, solusi medis yang saya tawarkan adalah memastikan keradaan virus HIV di dalam tubuhnya ke dokter. Dan setelah dicek oleh dokter, ternyata ia negatif, tidak mengidap virus HIV yang ia yakini selama ini. Ia pun akhirnya normal kembali seperti semula.
Beberapa bulan kemudian, setelah ia terbebas dari masalah berat yang menghantuinya selama ini, ia dihadapkan kepada masalah baru yang tidak kalah beratnya dengan masalah pertama. Masalah kedua ini muncul di saat musim hujan, ketika ia temukan banyak anjing yang berkeliaran di sekitar rumah kontrakannya. Di saat  ia sedang menunggu bus jurusan Solo-Semarang, tiba-tiba tumpahan air jalan yang masih basah diguyur hujan menerpa wajah dan sebagian tubuhnya yang lain, karena injakan ban mobil yang baru saja lewat. Bagaimana tidak marah? Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah kontrakannya untuk mandi dan mencuci pakaian yang kotor tadi. Di sinilah awal musibah yang kedua terjadi.
Di sela-sela mencuci pakaian, terbesit di pikirannya bahwa air yang tumpah mengenai tubuhnya itu bercampur dengan kotoran anjing. Berarti wajah dan sebagian tubuhnya terkena najis mughaladhah. Menurut Fikih, mencuci najis mughaladhah dilakukan sebanyak tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan debu. Tanpa ba-bi-bu, langsung ia ambil pasir di depan rumahnya, kemudian ia mandi sebanyak tujuh kali dan salah satunya ia campur dengan pasir, begitu juga dengan pakaiannya.
Pemahaman tentang najis di benaknya berkembang, bahwa barang-barang yang tersentuh oleh orang yang terkena najis mughaladhah, maka menjadi najis juga. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jadinya. Semua barang yang pernah ia pegang, sebagian dicuci dengan cara seperti di atas, termasuk juga pakaian yang lain. Karena saking capeknya, akhirnya ia biarkan pakaian-pakaian itu menumpuk, tidak boleh disentuh oleh siapapun. Ia pun tidak jadi pulang ke Kudus, karena sibuk dengan pekerjaan barunya itu.
Keluarga di Kudus gelisah, kenapa Syarif tidak pulang, biasanya kalau ada lemburan dan tidak pulang, ia memberitahu keluarganya. Tapi kali ini tidak. Akhirnya istri, anak dan orang tuanya pergi ke Salatiga untuk memastikan apa yang terjadi pada diri Syarif. Sesampainya di rumah kontrakan Syarif, keluarga dibuat terkaget-kaget, karena rumah yang biasanya bersih, sekarang terdapat banyak pakaian-pakaian yang menumpuk yang sepertinya masih bersih. Ibunya memberanikan diri untuk mencuci pakaian-pakaian itu. Tapi, sebelum ibunya menyentuh pakaian-pakaian itu, Syarif lebih dahulu melarang ibunya dengan suara agak keras. Ibunya kaget luar biasa, tidak biasanya Syarif berlaku seperti itu kepada ibunya.
Setelah keluarga minta penjelasan kepada Syarif tentang sikapnya itu, akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa Syarif pulang ke Kudus karena penyakit lamanya kambuh lagi. Hanya masalahnya berbeda, dulu merasa tertular virus HIV, sekarang merasa terkena najis mughaladhahnya kotoran anjing.
Sesampainya di Kudus, sikap anehnya Syarif sewaktu di rumah kontrakan dibawa sampai ke rumahnya, barang-barang yang pernah ia pegang, termasuk kasur, tikar, kursi dan lain-lain harus dicuci sebagaimana mencuci najis mughaladhah. Sungguh satu pekerjaan yang tidak hanya merepotkan dirinya, keluarganyapun dibuat sibuk karenanya. Lebih aneh lagi, ketika mandi ia lumuri sekujur tubuhnya dengan pasir hingga menyumbat saluran pembuangan air, akhirnya kamar mandi menjadi banjir. Ketika keluar, ia pun bejalan berjinjit-jinjit agar tidak ada pasir yang menempel di kakinya. Karena kalau ada yang masih nempel, ia mandi lagi dengan cara yang sama. Waktunya habis untuk mandi dan mandi. Bapaknya menceritakan, kalau tidak digedor pintu kamar mandi dengan keras disertai bentakan, Syarif tidak mau keluar. Saya pernah diundang ke rumahnya untuk yang ke beberapa kalinya. Ketika saya sudah sampai di rumahnya dan dipersilahkan duduk, satu jam kemudian, Syarif keluar menemui saya dengan tangan dan wajah yang agak kasar dan berwarna keputih-putihan. Ketika saya bertanya, ia mengatakan bahwa kulitnya yang agak kasar dan berwarna keputih-putihan itu adalah akibat mandinya yang berulang-ulang dengan menggunakan sabun mandi sampai habis.
Solusi yang saya tawarkan sama dengan ketika ia mengahadapi masalah yang pertama. Namun agaknya masalah yang kedua ini jauh lebih berat. Beberapa kali saya berikan saran, pandangan dan pemahaman yang benar terhadap najis, namun semua mental dan tidak ada upaya sungguh-sungguh untuk merubah kebiasaan buruknya itu. Saking jengkelnya, saya pernah berbicara keras kepadanya: “Mas Syarif, silahkan menghubungi saya lagi dengan pernyataan sudah sembuh atau berganti ke tema yang lain saja”.
Sejak itu, ia mulai jarang menghubungi saya. Saya hanya berharap dan berdoa kepada Allah SWT agar ia sadar dan penyakit was-wasnya yang dideritanya itu hilang dari dirinya. Ia kembali menjadi Syarif yang sebenarnya, bukan Syarif saat ini yang terkungkung dan terpenjara oleh perasaan-perasaan dan bisikan-bisikan yang liar dan tidak terarah, sehingga menjerumuskannya kepada penderitaan yang tidak kunjung usai. Allahummahdihi ila sabiilika.
Penutur kisah: Ahmad Ahid, Lc


 | Kisah 1 | Kisah 2 | Kisah 3 | Kisah 4 | Kisah 5 |

5 komentar:

  1. Ikhwah sekalian, mohon setelah antum baca kisah nyata ini, antum beri komentar. Syukran atas perhatiannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar 750juta saya sters hamper bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu dengan kyai ronggo, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI RONGGO KUSUMO kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan penarikan uang gaib 3Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 3M yang saya minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada. Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya sering menyarankan untuk menghubungi kyai ronggo kusumo di 082349356043 situsnya www.ronggo-kusumo.blogspot.com agar di berikan arahan. Toh tidak langsung datang ke jawa timur, saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sama baik, jika ingin seperti saya coba hubungi kyai ronggo kusumo pasti akan di bantu

      Hapus
  2. Kok sepi, pada kemana atuh?

    BalasHapus
  3. Subhanallah, kisah-kisah yang sangat menyentuh. aku jadi rindu dengan suasana Islami seperti itu, rindu dengan cerita-cerita seperti itu, rindu saat-saat di ma'ahid.

    BalasHapus

Ruqyah Syar'iyyah Kudus